Menapak Jejak Leluhur di Tanah Tengger
Menapak Jejak Leluhur di Tanah Tengger: Belajar Budaya dari Bromo hingga Lereng Semeru
9/14/20252 min read
Menapak Jejak Leluhur di Tanah Tengger: Belajar Budaya dari Bromo hingga Lereng Semeru
Mengulas sejarah dan budaya Suku Tengger serta nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.
Gunung Bromo, dengan kemegahan alamnya yang tersohor hingga ke mancanegara, bukan hanya destinasi wisata pegunungan biasa. Di balik lanskap kawah berasap dan padang pasirnya yang luas, tersimpan sebuah warisan budaya yang hidup dan dijaga turun-temurun oleh masyarakat Suku Tengger. Wilayah yang terbentang dari Gunung Bromo hingga kaki Semeru merupakan kawasan suci dan sakral bagi komunitas adat yang telah menetap di sana selama ratusan tahun.
Asal Usul dan Legenda Tengger
Suku Tengger dipercaya merupakan keturunan dari Roro Anteng dan Joko Seger, tokoh legendaris yang menggabungkan dua garis keturunan kerajaan: Majapahit dan rakyat jelata. Dari nama keduanya, lahirlah kata "Tengger", yang bukan hanya nama suku, tetapi juga simbol keteguhan, keseimbangan, dan kepercayaan.
Legenda Roro Anteng dan Joko Seger menjadi titik tolak lahirnya budaya dan tradisi spiritual di kawasan ini, termasuk upacara Yadnya Kasada, yang menjadi salah satu daya tarik budaya utama di Gunung Bromo.
Kehidupan Masyarakat Tengger: Harmoni dengan Alam dan Leluhur
1. Sistem Kepercayaan
Masyarakat Tengger menganut agama Hindu-Buddha yang khas dan tidak sama persis dengan Hindu Bali. Mereka memegang teguh prinsip Tri Hita Karana—keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Tempat ibadah utama adalah Pura Luhur Poten, yang berdiri di tengah Lautan Pasir Bromo. Tempat ini menjadi pusat spiritual dan saksi pelaksanaan Kasada setiap tahunnya.
2. Ritual Kasada
Kasada adalah upacara tahunan di mana masyarakat Tengger mempersembahkan hasil bumi ke kawah Gunung Bromo. Upacara ini bukan hanya bentuk penghormatan kepada Sang Hyang Widhi, tetapi juga wujud rasa syukur kepada alam dan leluhur.
3. Struktur Sosial
Suku Tengger memiliki struktur sosial yang kuat dan diatur oleh pemimpin adat yang disebut Dukun Tengger. Dukun memiliki peran religius dan sosial, mulai dari memimpin upacara hingga memberikan nasihat pada masyarakat.
Pelajaran yang Bisa Diambil Wisatawan
Bagi wisatawan yang tertarik pada wisata edukatif, berkunjung ke desa-desa Tengger seperti Ngadisari, Wonokitri, Jetak, atau Gubuk Klakah bukan sekadar melihat pemandangan. Mereka bisa:
Belajar kearifan hidup harmonis dengan alam, yang semakin relevan di tengah isu perubahan iklim.
Mengikuti workshop budaya, seperti membuat sesajen, menari, atau mengenakan pakaian adat Tengger.
Menginap di homestay lokal dan menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk bertani, memasak, dan menghadiri upacara adat.
Mengintegrasikan Budaya dalam Pengalaman Wisata
Wisata edukasi berbasis budaya di kawasan Tengger sangat cocok dikembangkan melalui:
Paket wisata budaya: Trekking ke Bromo + kunjungan ke rumah adat + interaksi dengan dukun adat.
Wisata sekolah: Program belajar budaya untuk pelajar tentang sejarah lokal, seni, dan spiritualitas.
Tur tematik: Jelajah jejak Roro Anteng – Joko Seger, mulai dari situs sejarah hingga tempat keramat lokal.